Nostalgia Yamaha F1ZR Inter Biru CMS

Assalamualaikum…
Sobat rider yang mengalami masa indah remaja menjelang era millenium dari tahun 1998, 1999 dan 2000 pasti kenal sama tampang cowok ganteng di bawah…..

Dia lah Hendriansyah. Dewa road race yang pada tahun 2000 bernaung di team Inter Biru CMS. Tahun 1998, 1999, 2000 merupakan masa lucu dan jaya-jayanya Yamaha F1ZR di kancah road race tanah air sebelum digusur oleh Suzuki RG-Sport dan Honda Tena. Pada saat itu hampir setiap team menggunakan F1ZR sebagai kuda besi andalan baik dikelas standar 2 Tak maupun kelas tertinggi yaitu underbone tune up 2 Tak. Part racingnya juga mudah dicari. Yang getol jualan part racing F1ZR adalah Daytona. Hampir semua produknya adalah part racing untuk F1ZR. Sayangnhya sekarang pagelaran road race underbone tune up 2 Tak sudah tidak ada. Seandainya sekarang digelar lagi saya yakin peminatnya masih ada.. ..paling tidak ya kelas nostalgia lah…..hehehehe. Buat obat kangen sama suara lengkingan knalpot dan harumnya aroma asap oli samping underbone….lha kalau 4 tak kan gak berasap..meskipun berasap baunya jauh dari sedap…tapi sangit gak ketulungan…...
#1 Yamaha F1-ZR Hendriansyah Inter Biru CMS 2000, #18 Farouk Safarudin? yang merah TZM 150
 Alhamdulillah kebetulan saya masih punya majalah Motor Plus yang mengulas F1ZR tunggangan Hendriansyah. Lumayan lah untuk sedikit mengenang Yamaha F1ZR waktu berjaya di kasta tertinggi road race Indonesia. Tulisan dibawah saya ketik persis dengan apa yang tertulis di Motor Plus edisi 088/II, Sabtu 4 November 2000, dengan judul GACOAN IBC 2001 Juara Nasional 2000, tingggal ditepuk Kuncung Hendriansyah. So pasti Inter Biru CMS (IBC) tersenyum puas. Macam kejatuhan durian. Kan IBC kembali mengantar Kuncung menjadi ‘durian’ road race. Sebelum ditimpuk durian beneran, lantas kelapa, eh kepala peyang, IBC buruan bikin F1-ZR versi 2001 (sayangnya Hendriansyah tahun 2001 bikin team sendiri dengan motor Suzuki RG-Sports) . “kudu siap jauh hari”. Persaingan makin ketat. RG-Sports kenceng. Juga Yamaha (team pabrikan) mendatangkan dua mesin dari malaysia”wanti Kerry Hutama. Orang ini, tombak pendesain mesin IBC. Apalagi F1-ZR versi 2000 dinilai kurang dahsyat. Karburator standar reamur 2mm, lelet berjibaku di trek dadakan. Keihin 24mm dengan leher angsa versi IBC, juga gagal. Kedoddoran mengimbangi RG-Sports dari Suzuki Top One Racing atau Suzuki Racing Team. Chief Of Management IBC, Edwin Bongso mengaku, penyempurnaan versi 2001 sekedar tampilan. Termasuk kaki-kaki. “Beda tipis dengan tahun sebelumnya” rendah Edwin alias Apeng yang berpostur tikus. Maksudnya tinggi kurus gitu.
Edwin alias Apeng
Omongan itu gak meyakinkan. Lihat intake manifold alias leher angsa. Tumben IBC memanfaatkan produk Daytona. Ini isyarat mesin ikut diasah. “He’eh,” aku Kerry terpojok berondongan pertanyaan. Katanya sih intake Daytona nggak macem-macem permintaanya. Dari sononya, sesuai ruang karter F1-ZR. Monggo diisi katub buluh kecil dari Honda NS 50 cc. itu sesuai kinerja ruang bakar. “Leher angsa lain, termasuk buatan kami, mesti diberi membran RX-Z. Kelewat besar,” timpal Kerry.
Hanya saja leher angsa dari Jepang ini diatur ulang. Dinding dalemnya dibikin rapi. Moncong karbu dibuka dikit, juga dibikin pendek. Aliran 1 liter bensol campur 35 cc Shell SX2, lebih singkat, kat….kat…kat… dipacu Keihin 24 mm kotak. Selebihnya korekan mesin nggak beda jauh dengan 054/II/ disitu mengulas F1-ZR IBC 2000 (sayang saya nggak punya edisinya). Namun , akibat leher angsa Daytona, sudut miring squish dibikin 16º. Dulunya 14º. “Volume kubah kepala silinder 10,6 cc. perbandingan kompresi 7,8 : 1. Tinggi lubang buang 26 mm” aku Bob sapaan Kerry Termasuk pelepas gas buang. Knalpot kalajengking bertabung besar, tapi pendek. Kan, sesuai perubahan leher angsa yang pendek pula. Dulu leher angsa tinggi, pipa knalpot kudu panjang.
Jangan salah, sekilas sama tapi sifatnya beda. “Ini kan kalajengking special edition. Khusus dari Jepang. Disempurnakan di Malaysia, sering disebut versi SP” bilang Kerry. Megatasi pasar senggol yang keriting, kaki-kaki Fis-er IBC diperkokoh. Pelek almu jeruji masuk gudang. Jeruji sering patah. Pantat Hendriansyah keriting tripping melulu. Makanya diganti pelek Enkei palang lima dari Nova Dash. Ukuran sama, depan 1.85 x 17, dan belakang 2.15 x 17. “Getaran bisa diredam,” analisa Kerry. Apalagi segitiga mengadopsi Yamaha 125Z . Sokbeker lebih kuat dikempit. Joki tak kerepotan mengendalikan setang.
Meskipun foto-fotonya buram (foto diambil dari majalah Motor Plus…terima kasih Motor Plus), tapi lumayan lah untuk sekedar mengenang indahnya road race tempo doeloe. Mantapp kan F1ZR nya IBC ?…asal tau aja F1ZR IBC jadi acuan modifikator dan motif air brushnya banyak dijiplak waktu itu…salah satu contohnya ya di bawah ini…
Modif F1ZR jaman dulu memang keren-keren, nggak muluk-muluk, simpel dan jauh dari kesan motor alay jaman sekarang..kaki-kakinya kekar brooo...
#iklan Inter Biru Road Race

#Kelas Sport 150 cc 2 Tak, Ninja, RG-R, paling ujung RX-Z

#Hendriansyah mau nyalip Bima Aditya (Jayadipa Yamaha)
Tahun itu Hendriansyah juga punya F1ZR racikan Gandhoel. Tapi khusus ikut road race dalam daerah saja, teamnya GRM Inter Biru.

Wassalamualaikum

Sumur:
http://didishevaharyadi.wordpress.com

6 komentar:

ya bu mau tanya apa ? saya agent prudential rangkas. contac nperson : 081808934539 atau BB 763083c4

Jangan pernah lupakan sejarah

Para legenda hidup pembalap Indonesia

Menjual berbagai macam produk racing

cikal bakal lahirnya produck racing lokal

Ini pembalap jaman dulu asli kota Rangkasbitung?

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites